Selasa, 07 Agustus 2012

Microsoft Office Professional 2013

Microsoft Office telah hadir sob yaitu Microsoft Office Professional 2013. Perubahan yang terdapat pada Microsoft Office Professional 2013 tergolong cukup banyak dan berbeda dari versi Microsoft Office sebelumnya. Microsoft Office Professional 2013 mempunyai keunggulan pada fitur SkyDrive. SkyDrive adalah fitur terbaru pada Microsoft Office Professional 2013 yang memungkinkan sobat menyimpan data office secara online dan dapat diakses kapan saja tanpa takut kehilangan data. Penasaran sob?

Apa itu Microsoft Office Professional 2013?
Microsoft Office Professional 2013 adalah produk terbaru keluaran Microsoft yang ditujukan untuk mendukung sistem operasi windows 8.

Microsoft Office Professional 2013!!
Fitur-fitur Microsoft Office Professional 2013:
1. SkyDrive
2. Sangat smooth dan halus untuk pergerakan maupun scrol mouse
3. Mendukung akselerasi GPU
4. GUI dan interface yang lebih cerah
5. Dan fitur mantap lainnya sob

Silahkan dicoba sob Microsoft Office Professional 2013 yang keren ini. Software, games yang free, gratis dan full version hanya di sini

Rabu, 25 Juli 2012

Pengertian Paedagogik

Paedagogik atau ilmu mendidik ialah suatu ilmu yang bukan saja menelaahobjeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya harus bertindak. Akan dasar terakhir ini, maka ilmu  mendidik disebut juga-seperti halnya dengan semua ilmu yang bersamaan sifatnya-suatu  “ilmu praktis”. Tetapi biarpun demikian, namun dapat dibedakan ilmu mendidik teoritis  daripada ilmu mendidik praktis. Pada yang pertama pikiran tertuju pada penyusunan  persoalan dan penyusunan persoalan dan pengetahuan sekitar pendidikan secara ilmiah,  sedang pada yang kedua fikiran tertuju pada cara-cara bertindak. Yang pertama  mempunyai lapangan yang bergerak dari praktek pendidikan kearah penyusunan suatu sistem pendidikan. Soal-soal yang muncul pada latar filsafat pun turut juga termasuk dalam ilmu mendidik teoritis. Paedagogik praktis menempatkan dirinya dalam situasi  pendidikan dan tertuju pada pelaksanaan realisasi daripada jita (ideal) yang tersusun dalam ilmu mendidik teoritis.
Uraian di atas ini menegaskan, bahwa sekalipun paedagogik itu sebagai  keseluruhan merupakan suatu ilmu praktis, namun dijelaskan pula aspeknya yang mengenai teori dan yang ditunjukkan pada tindakan. Gunning pernah membedakan (1923) paedagogik (ilmu mendidik) dengan paedagogi (pendidikan). Tetapi tak ada gunanya menurut hemat kami membubuhkan kata praktis pada istilah terakhir, seperti  yang dilakukan oleh Gunning, karena mendidik selalu berarti bertindak.
Ilmu mendidik sistematis menurut sifatnya selau teoritis. Oleh karena, sistematis dan  teoritis sebenarnya dapat dipakai menyatakan maksud yang sama. Tetapi paedagogik teoritis mempunyai arti yang lebih luas lagi dari sistematis. Berhubung dengan itu maka ada kecenderungan untuk mempergunakan sistematis dalam segala halselalu dalam rangka paedagogik teoritis  yang terutama mengemukakan hal-ha lyang  berkenaan dengan sistematik.
Adakah pendirian terakhir ini berarti pengurangan kepentingan arti paedagogik histori? Sama sekali mempelajari paedagogik histori merupakan suatu tuntutan ilmiah  bagi ahli ilmu mendidik, karena ilmu itu melepaskan dia dari belenggu dugaan, seakanakan persoalan pedagogis yang dihadapinya yang muncul pada masa ini dan tempat ini,  ialah juga persoalan ilmu mendidik.
Atas dasar itu pula maka setiap sarjana ilmu kerohanian (geisteswis-senschaftadakan ia ahli bahasa atau sastra, ahli ilmu jiwa atau masyarakat, ahli hukum atau ahli sejarah-wajib mengetahui sejarah ilmu yang dipelajarinya. Seandainya sejarah ilmu itu bagi sarjana yang bersangkutan merupakan rangkaian kekurangan dan kesalahan yang  pernah dibuat dalam masa lampau, maka terikat pada latar persoalannya sendiri. Tetapi bila ia melihat persoalan yang pernah dihadapi dalam sejarah ataupun persoalan yang  yang dihadapi oleh orang sejaman dengan sarjana tersebut sebagai sesuatu yang  ditimbulkan oleh usaha yang wajar dan sungguh-sungguh, maka pembatasan yang  dikatakan di atas telah dapat diterobosnya. Dengan tujuan untuk menerobos pembatasan  itu pula si sarjana mempelajari berbagai aliran dalam ilmunya yang  berjalan dalam
jamannya.  Atas dasar yang sama pula maka sudah menjadi sesuatu yang wajar, bila ia  selalu berhubungan dan bertukar pikiran dengan sarjana-sarjan lain yang juga mempelajari ilmu yang sama.

Contoh Soal Kompetensi Pedagogik UKG Online 2012

Contoh Soal Kompetensi Pedagogik UKG Online 2012, setelah tadi saya sudah memberikan sedikit gambaran mengenai kompetensi pedagogik kali ini saya ingin sedikit berbagi mengenai contoh soal kompetensi pedagogik untuk Uji kompetensi Guru online 2012, semoga bermanfaat dan membantu anda yang sedang mencari contoh soal UKG online khususnya kompetensi pedagogik

Contoh Soal uji Kompetensi Pedagogik UKG Online 2012

Uji Kemampuan Pedagogik I

Uji Kemampuan Pedagogik II

Uji Kemampuan Profesiona

Selasa, 24 Juli 2012

Pendataan NISN Baru (Form A.1)

  1. Siswa yang belum mendapatkan NISN agar mengisi Formulir Pengajuan NISN baru (form A.1) dapat diunduh disini
  2. Siswa yang mengulang / putus agar mengisi formulir edit siswa (Form A.2) dapat diunduh disini
  3. Siswa yang mutasi masuk, agar mengisi formulir edit siswa (Form A.3) dapat diunduh disini
  4. Siswa yang memiliki nisn ganda agar mengisi edit ganda (Form A.4) dapat diunduh disini
Untuk informasi lebih lanjut dapat dibuka sini

Senin, 23 Juli 2012

Soal UKG Sekolah Dasar 2012


Dari situs resmi Kemdikbud, jadwal UKG Online dan daftar peserta UKG Online (Uji Kompetensi Guru) 2012 telah resmi di unggah ke publik. Daftar peserta dikolektif menurut lembaga dan Kabupaten masing-masing. Bagi guru yang bersertifikat pendidik sistem ujian online dijadwalkan pada 30 Juli s.d 12 Agustus 2012, dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan. Dimulai dari jenjang SMP, selanjutnya SMA dan SMK, dan terakhir TK, SD, SLB.Untuk Kepala Sekolah dan Pengawas bulan Oktober mendatang. Ujian dilaksakan selama 120 menit atau 2 jam
Persyaratan Peserta
Peserta UKG pada prinsipnya adalah semua guru PNS dan bukan PNS yang mengajar di sekolah negeri dan swasta yang memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1) memiliki sertifikat pendidik (tahun 2007-2011),
2) pada tahun 2012 belum memasuki masa pensiun, dan
3) masih aktif menjadi guru.
 
langsung saja silahkan klik disini untuk latihan soal untuk guru SD.

Selasa, 17 Juli 2012

FOBIA SEKOLAH



Aku nggak mau sekolah….pokoknya enggaaaaak !!! hari ini aku mau ikut Mama ke kantor aja..!
Perutku sakit, Maaaa….aku nggak enak badan…jadi hari ini aku boleh nggak usah masuk sekolah, yaaaa..!
Adek mau main di rumah saja, Ma….please…..Adek takut sama Bu Guru…soalnya Bu Guru galak sekali, Adek takut dimarahi sama Bu Guru…..boleh ya Ma….boleh ya…..
Pokoknya aku nggak mau  ke sekolah…aku nggak suka sekolah….aku mau di rumah ajaaaa !!
Kalimat-kalimat diatas mungkin tidak asing di telinga kita ketika menghadapi anak yang tiba-tiba mogok sekolah. Beberapa alasan tersebut memang seringkali dikemukakan oleh anak-anak ketika mereka tidak ingin pergi ke sekolah.  Tidak jarang orangtua hanya bisa terdiam dan termenung  bahkan bingung ketika mendengar kata-kata tersebut diucapkan oleh anak tercintanya.
Banyak orangtua yang bingung menghadapi perubahan sikap anaknya yang tiba-tiba mogok tidak mau sekolah dengan berbagai alasan, mulai dari sakit perut, sakit kepala, sakit kaki dan seribu alasan lainnya.  Bagi orangtua yang anaknya masih kecil, pemogokkan ini tentu bikin pusing karena menimbulkan kebingungan apakah alasan tersebut benar atau hanya dibuat-buat. Orangtua menjadi bingung: memaksa anak untuk tetap berangkat sekolah takut nanti anaknya menjadi stress;  atau kalau ternyata benar apa yang dikemukakan anak, lantas bagaimana harus bersikap? Sementara itu problem yang hampir sama dialami orangtua yang bingung menghadapi penolakan anaknya yang sudah waktunya bersekolah tapi masih saja belum mau masuk sekolah.
Menghadapi kenyataan dan kondisi di atas, apa yang sebaiknya dilakukan orangtua agar  kendali pendidikan dan pengasuhan anak tetap berada di pundak mereka sehingga tidak terjadi hal-hal negatif yang dapat merugikan perkembangan fisik dan mental anak di masa yang akan datang. Dalam artikel ini saya mencoba untuk mengulas apa yang dimaksud dengan fobia sekolah (mogok atau tidak mau ke sekolah), apa faktor penyebabnya dan bagaimana orangtua harus menyiasati kondisi ini.
Apakah Fobia Sekolah?
Fobia sekolah adalah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah yang biasanya disertai dengan berbagai keluhan yang tidak pernah muncul atau pun hilang ketika “masa keberangkatan” sudah lewat, atau hari Minggu / libur. Fobia sekolah dapat sewaktu-waktu dialami oleh setiap anak hingga usianya 14-15 tahun, saat dirinya mulai bersekolah di sekolah baru atau menghadapi lingkungan baru atau pun ketika ia menghadapai suatu pengalaman yang tidak menyenangkan di sekolahnya.
Tingkatan dan Jenis Penolakan Terhadap Sekolah
Para ahli menunjuk adanya beberapa tingkatan school refusal, mulai dari yang ringan hingga yang berat (fobia), yaitu :
1. Initial school refusal behavior
adalah sikap menolak sekolah yang berlangsung dalam waktu yang sangat singkat (seketika/tiba-tiba) yang berakhir dengan sendirinya tanpa perlu penanganan.
2. Substantial school refusal behavior
adalah sikap penolakan yang berlangsung selama minimal 2 minggu.
3. Acute school refusal behavior
adalah sikap penolakan yang bisa berlangsung 2 minggu hingga 1 tahun, dan selama itu anak mengalami masalah setiap kali hendak berangkat sekolah
4. Chronic school refusal behavior
adalah sikap penolakan yang berlangsung lebih dari setahun, bahkan selama anak tersebut bersekolah di tempat itu.
Tanda-tanda Fobia Sekolah
Ada beberapa tanda yang dapat dijadikan sebagai kriteria fobia sekolah atau pun school refusal, yaitu:
· Menolak untuk berangkat ke sekolah.
· Mau datang ke sekolah, tetapi tidak lama kemudian minta pulang
· Pergi ke sekolah dengan menangis, menempel terus dengan mama/papa atau pengasuhnya, atau menunjukkan “tantrum”-nya seperti menjerit-jerit di kelas, agresif terhadap anak lainnya (memukul, menggigit, dsb) atau pun menunjukkan sikap-sikap melawan/menentang gurunya.
· Menunjukkan ekspresi/raut wajah sedemikian rupa untuk meminta belas kasih guru agar diijinkan pulang – dan ini berlangsung selama periode tertentu.
· Tidak masuk sekolah selama beberapa hari.
· Keluhan fisik yang sering dijadikan alasan seperti sakit perut, sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, diare, gatal-gatal, gemetaran, keringatan, atau keluhan lainnya. Anak berharap dengan mengemukakan alasan sakit, maka ia diperbolehkan tinggal di rumah.
· Mengemukakan keluhan lain (di luar keluhan fisik) dengan tujuan tidak usah berangkat ke sekolah.
Waktu Berlangsungnya Fobia Sekolah
Berapa lama waktu berlangsungnya fobia sekolah amat tergantung pada penanganan yang dilakukan oleh orangtua. Makin lama anak dibiarkan tidak masuk sekolah (tidak mendapat penanganan apapun), makin lama problem itu akan selesai dan makin sering / intens keluhan yang dilontarkan anak. Namun, makin cepat ditangani, problem biasanya akan berangsur-angsur pulih dalam waktu sekitar 1 atau 2 minggu.
Faktor Penyebab
Ada beberapa penyebab yang membuat anak seringkali menjadi mogok sekolah. orangtua perlu bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menyikapi sikap pemogokan itu, agar dapat memberikan penanganan yang benar-benar tepat. Alangkah baiknya, jika orangtua mau bersikap terbuka dalam mempelajari dan mencari semua kemungkinan yang bisa terjadi. Konsultasi dengan guru di sekolah, sharing dengan sesama orangtua murid, diskusi dengan anak, konsultasi dengan konselor/psikolog, (kalau perlu) memeriksakan anak ke paramedis/dokter sesuai keluhan yang dikemukakannya, hingga introspeksi diri – adalah metode yang tepat untuk mendapatkan gambaran penyebab dari fobia sekolah anak. Berhati-hatilah untuk membuat diagnosa secara subyektif, didasarkan pada pendapat pribadi diri sendiri atau keluhan anak semata. Di bawah ini ada beberapa penyebab fobia sekolah dan school refusal :
1. Separation Anxiety
Separation anxiety pada umumnya  dialami anak-anak kecil usia balita (18 – 24 bulan). Kecemasan itu sebenarnya adalah fenomena yang normal. Anak yang lebih besar pun (preschooler, TK hingga awal SD) tidak luput dari separation anxiety. Bagi mereka, sekolah berarti pergi dari rumah untuk jangka waktu yang cukup lama. Mereka tidak hanya akan merasa rindu terhadap orangtua, rumah, atau pun mainannya – tapi mereka pun cemas menghadapi tantangan, pengalaman baru dan tekanan-tekanan yang dijumpai di luar rumah.
Separation anxiety bisa saja dialami anak-anak yang berasal dari keluarga harmonis, hangat dan akrab yang amat dekat hubungannya dengan orangtua – singkat kata, tidak ada masalah dengan orangtua. Orangtua mereka adalah orangtua yang baik dan peduli pada anak, dan mempunyai kelekatan yang baik. Namun tetap saja anak cemas pada saat sekolah tiba. Tanpa orangtua pahami, anak-anak sering mencemaskan orangtuanya. Mereka takut kalau-kalau orangtua mereka diculik, atau diserang monster atau mengalami kecelakaan sementara mereka tidak berada di dekat orangtua. Ketakutan itu tidak dibuat-buat, namun merupakan fenomena yang biasa hinggap pada anak-anak usia batita dan balita. Oleh sebab itu, mereka tidak ingin berpisah dari orangtua dan malah lengket-nempel terus pada mama-papanya. Peningkatan kecemasan menimbulkan rasa tidak nyaman pada tubuh mereka, dan ini lah yang sering dikeluhkan (perut sakit, mual, pusing, dsb).  Sejalan dengan perkembangan kognisi anak, ketakutan dan kecemasan yang bersifat irrasional itu akan memudar dengan sendirinya karena anak mulai bisa berpikir logis dan realistis.
Separation anxiety bisa muncul kala anak selesai menjalani masa liburan panjang atau pun mengalami sakit serius hingga tidak bisa masuk sekolah dalam jangka waktu yang panjang. Selama di rumah atau liburan, kuantitas kedekatan dan interaksi antara orangtua dengan anak tentu saja lebih tinggi dari pada ketika masa sekolah. Situasi demikian, sudah tentu membuat anak nyaman dan aman. Pada waktu sekolah tiba, anak harus menghadapi ketidakpastian yang menimbulkan rasa cemas dan takut. Namun, dengan berjalannya waktu, anak yang memiliki rasa percaya diri, dapat perlahan-lahan beradaptasi dengan situasi sekolah.
Peneliti berpendapat, anak yang mempunyai rasa percaya diri yang rendah, berpotensi menjadi anak yang anxiety prone-children (anak yang memiliki kecenderungan mudah cemas) dan cenderung mudah mengalami depresi. Banyak orangtua yang tidak sadar bahwa sikap dan pola asuh yang diterapkan pada anak ikut menyumbang terbentuknya dependency (ketergantungan), rasa kurang percaya diri dan kekhawatiran yang berlebihan. Contohnya, sikap orangtua yang overprotective terhadap anak hingga tidak menumbuhkan rasa percaya diri keberanian dan kemandirian. Anak tidak pernah diperbolehkan, dibiarkan atau didorong untuk berani mandiri. Orangtua takut kalau-kalau anaknya kelelahan, terluka, jatuh, tersesat, sakit, dan berbagai alasan lainnya. Anak selalu berada dalam proteksi, pelayanan dan pengawalan melekat dari orangtua. Akibatnya, anak akan tumbuh menjadi anak manja, selalu tergantung pada pelayanan dan bantuan orangtua, penakut, cengeng, dan tidak mampu memecahkan persoalannya sendiri. Banyak orangtua yang tanpa sadar membuat pola ketergantungan ini berlangsung terus-menerus agar mereka merasa selalu dibutuhkan (berarti, berguna) dan sekaligus menjadikan anak sebagai teman “abadi”. Padahal, dibalik ketergantungan sang anak terhadap orangtua, tersimpan kebutuhan dan ketergantungan orangtua pada “pengakuan” sang anak. Akibatnya, keduanya tidak dapat memisahkan diri saat anak harus mandiri dan sulit bertumbuh menjadi individu yang dewasa.
2. Pengalaman Negatif di Sekolah atau Lingkungan
Mungkin saja anak menolak ke sekolah karena dirinya kesal, takut dan malu setelah mendapat cemoohan, ejekan atau pun di”ganggu” teman-temannya di sekolah. Atau anak merasa malu karena tidak cantik, tidak kaya, gendut, kurus, hitam, atau takut gagal dan mendapat nilai buruk di sekolah. Di samping itu, persepsi terhadap keberadaan guru yang galak, pilih kasih, atau “seram” membuat anak jadi takut dan cemas menghadapi guru dan mata pelajarannya.  Atau, ada hal lain yang membuatnya cemas, seperti mobil jemputan yang tidak nyaman karena ngebut, perjalanan yang panjang dan melelahkan, takut pergi sendiri ke sekolah, takut sekolah setelah mendengar cerita seram di sekolah, takut menyeberang jalan, takut bertemu seseorang yang “menyeramkan” di perjalanan, takut diperas oleh kawanan anak nakal, atau takut melewati jalan yang sepi. Para ahli mengatakan, bahwa masalah-masalah tersebut sudah dapat menimbulkan stress dan kecemasan yang membuat anak menjadi moody, tegang, resah, dan mulai merengek tidak mau sekolah, ketika mulai mendekati waktu keberangkatan.
Masalahnya, tidak semua anak bisa menceritakan ketakutannya itu karena mereka sendiri terkadang masih sulit memahami, mengekspresikan dan memformulasikan perasaannya. Belum lagi jika mereka takut dimarahi orangtua karena dianggap alasannya itu mengada-ada dan tidak masuk akal. Dengan sibuknya orangtua, sementara anak-anak lebih banyak diurus oleh baby sitter atau mbak, makin membuat anak sulit menyalurkan perasaannya; dan akhirnya yang tampak adalah mogok sekolah, agresif, pemurung, kehilangan nafsu makan, keluhan-keluhan fisik, dan tanda-tanda lain seperti yang telah disebutkan di atas
3. Problem Dalam Keluarga
Penolakan terhadap sekolah bisa disebabkan oleh problem yang sedang dialami oleh orangtua atau pun keluarga secara keseluruhan. Misalnya, anak sering mendengar atau bahkan melihat pertengkaran yang terjadi antara papa-mamanya, tentu menimbulkan tekanan emosional yang mengganggu konsentrasi belajar. Anak merasa ikut bertanggung jawab atas kesedihan yang dialami orangtuanya, dan ingin melindungi, entah mamanya – atau papanya. Sakitnya salah seorang anggota keluarga, entah orangtua atau kakak/adik, juga dapat membuat anak enggan pergi ke sekolah. Anak takut jika terjadi sesuatu dengan keluarganya yang sakit ketika ia tidak ada di rumah.
Penanganan
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua dalam menangani masalah fobia sekolah atau pun school refusal.
1. Tetap menekankan pentingnya bersekolah
Para ahli pendidikan dan psikolog berpendapat bahwa terapi terbaik untuk anak yang mengalami fobia sekolah adalah dengan mengharuskannya tetap bersekolah setiap hari (the best therapy for school phobia is to be in school every day). Karena rasa takut harus diatasi dengan cara menghadapinya secara langsung. Menurut para ahli tersebut, keharusan untuk mau tidak mau setiap hari masuk sekolah, malah menjadi obat yang paling cepat mengatasi masalah fobia sekolah, karena lambat laun keluhannya akan makin berkurang hari demi hari. Makin lama dia “diijinkan” tidak masuk sekolah, akan makin sulit mengembalikannya lagi ke sekolah, dan bahkan keluhannya akan makin intens dan meningkat. Selain itu, dengan mengijinkannya absen dari sekolah, anak akan makin ketinggalan pelajaran, serta makin sulit menyesuaikan diri dengan teman-temannya.
Kemungkinan besar anak akan coba-coba bernegosiasi dengan orangtua, untuk menguji ketegasan dan konsistensi orangtua. Jika ternyata pada suatu hari orangtua akhirnya “luluh”, maka keesokkan harinya anak akan mengulang pola yang sama. Tetaplah bersikap hangat, penuh pengertian, namun tegas dan bijaksana sambil menenangkan anak bahwa semua akan lebih baik setibanya dia di sekolah.
2. Berusahalah untuk tegas dan konsisten dalam bereaksi terhadap keluhan, rengekan, tantrum atau pun rajukan anak yang tidak mau sekolah.
Entah karena pusing mendengar suara anak atau karena amat mengkhawatirkan kesehatan anak, orangtua seringkali meluluskan permintaan anak. Tindakan ini tentu tidak sepenuhnya benar. Jika ketika bangun pagi anak segar bugar dan bisa berlari-lari keliling rumah atau pun sarapan pagi dengan baik, namun pada saat mau berangkat sekolah, tiba-tiba mogok – maka sebaiknya orangtua tidak melayani sikap “negosiasi” anak dan langsung mengantarnya ke sekolah. Satu hal penting untuk diingat adalah hindari sikap menjanjikan hadiah jika anak mau berangkat ke sekolah, karena hal ini akan menjadi pola kebiasaan yang tidak baik (hanya mau sekolah jika diberi hadiah). Anak tidak akan mempunyai kesadaran sendiri kenapa dirinya harus sekolah dan terbiasa memanipulasi orangtua/lingkungannya. Anak jadi tahu bagaimana taktik atau strategi yang jitu dalam mengupayakan agar keinginannya terlaksana.
Jika sampai terlambat, anak tetap harus berangkat ke sekolah – kalau perlu ditemani/ diantar orangtua. Demikian juga jika sesampai di sekolah anak minta pulang, maka orangtua harus tegas dan bekerja sama dengan pihak guru untuk menenangkan anak agar akhirnya anak merasa nyaman kembali. Jika anak menjerit, menangis, ngamuk, marah-marah atau bertingkah laku aneh-aneh lainnya, orangtua hendaknya sabar. Ajaklah anak ke tempat yang tenang dan bicaralah baik-baik hingga kecemasan dan ketakutannya berkurang/hilang; dan sesudah itu bawalah anak kembali ke kelasnya. Situasi ini dialami secara berbeda antara satu orang dengan yang lain, tergantung dari kemampuan orangtua menenangkan dan mendekatkan diri pada anak. Namun jika orangtua mengalami kesulitan dalam menghadapi sikap anaknya, mintalah bantuan pada guru atau sesama orangtua murid lainnya yang dikenal cukup dekat oleh anak. Terkadang, keberadaan mereka justru membuat anak lebih bisa mengendalikan diri.
3. Konsultasikan masalah kesehatan anak pada dokter
Jika orangtua tidak yakin akan kesehatan anak, bawalah segera ke dokter untuk mendapatkan kepastian tentang ada/tidaknya problem kesehatan anak. orangtua tentu lebih peka terhadap keadaan anaknya setiap hari; perubahan sekecil apapun biasanya akan mudah dideteksi orangtua. Jadi, ketika anak mengeluhkan sesuatu pada tubuhnya (pusing, mual, dsb), orangtua dapat membawanya ke dokter yang buka praktek di pagi hari agar setelah itu anak tetap dapat  kembali ke sekolah. Selain itu, dokter pun dapat membantu orangtua memberikan diagnosa, apakah keluhan anak merupakan pertanda dari adanya stress terhadap sekolah, atau kah karena penyakit lainnya yang perlu ditangani secara seksama
4. Bekerjasama dengan guru kelas atau asisten lain di sekolah
Pada umumnya para guru sudah biasa menangani masalah fobia sekolah atau pun school refusal (terutama guru-guru preschool hingga TK). Hampir setiap musim sekolah tiba, ada saja murid yang mogok sekolah atau menangis terus tidak mau ditinggal orangtuanya atau bahkan minta pulang. Orangtua bisa minta bantuan pihak guru atau pun school assistant untuk menenangkan anak dengan cara-cara seperti membawanya ke perpustakaan, mengajak anak beristirahat sejenak di tempat yang tenang, atau pada anak yang lebih besar, guru dapat mendiskusikan masalah yang sedang memberati anak. Guru yang bijaksana, tentu bersedia memberikan perhatian ekstra terhadap anak yang mogok untuk mengembalikan kestabilan emosi sambil membantu anak mengatasi persoalan yang dihadapi – yang membuatnya cemas, gelisah dan takut. Selain itu, berdiskusi dengan guru untuk meneliti faktor penyebab di sekolah (misalnya diejek teman, dipukul, dsb) adalah langkah yang bermanfaat dalam upaya memahami situasi yang biasa dihadapi anak setiap hari.
5. Luangkan waktu untuk berdiskusi/berbicara dengan anak
6. Luangkan waktu yang intensif dan tidak tergesa-gesa untuk dapat mendiskusikan apa yang membuat anak takut, emas atau enggan pergi ke sekolah. Hindarkan sikap mendesak atau bahkan tidak mempercayai kata-kata anak. Cara ini hanya akan membuat anak makin tertutup pada orangtua hingga masalahnya tidak bisa terbuka dan tuntas. Orangtua perlu menyatakan kesediaan untuk mendampingi dan membantu anak mengatasi kecemasannya terhadap sesuatu, termasuk jika masalah bersumber dari dalam rumah tangga sendiri. Orangtua perlu introspeksi diri dan kalau perlu merubah sikap demi memperbaiki keadaan dalam rumah tangga.
Orangtua pun dapat mengajarkan cara-cara atau strategi yang bisa anak gunakan dalam menghadapi situasi yang menakutkannya. Lebih baik membekali anak dengan strategi pemecahan masalah daripada mendorongnya untuk menghindari problem, karena anak akan makin tergantung pada orangtua, makin tidak percaya diri, makin penakut, dan tidak termotivasi untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
7. Lepaskan anak secara bertahap
Pengalaman pertama bersekolah tentu mendatangkan kecemasan bagi anak, terlebih karena ia harus berada di lingkungan baru yang masih asing baginya dan tidak dapat ia kendalikan sebagaimana di rumah. Tidak heran banyak anak menangis sampai menjerit-jerit ketika diantar mamanya ke sekolah. Pada kasus seperti ini, orangtua perlu memberikan kesempatan pada anak menyesuaikan diri dengan lingkungan baru-nya. Pada beberapa sekolah, orangtua/pengasuh diperbolehkan berada di dalam kelas hingga 1-2 minggu atau sampai batas waktu yang telah ditentukan pihak sekolah. Lepaskan anak secara bertahap, misalnya pada hari-hari pertama, orangtua berada di dalam kelas dan lama kelamaan bergeser sedikit-demi sedikit di luar kelas namun masih dalam jangkauan penglihatan anak. Jika anak sudah bisa merasa nyaman dengan lingkungan baru dan tampak “happy” dengan teman-temannya – maka sudah waktunya bagi orangtua untuk meninggalkannya di kelas dan sudah waktunya pula bagi orangtua untuk tidak lagi bersikap overprotective, demi menumbuhkan rasa percaya diri pada anak dan kemandirian.
8. Konsultasikan pada psikolog/konselor jika masalah terjadi berlarut-larut
Jika anak tidak dapat mengatasi fobia sekolahnya hingga jangka waktu yang panjang, hal ini menandakan adanya problem psikologis yang perlu ditangani secara proporsional oleh ahlinya. Apalagi, jika fobia sekolah ini sampai mengakibatkan anak ketinggalan pelajaran, prestasinya menurun dan hambatan penyesuaian diri yang serius – maka secepat mungkin persoalan ini segera dituntaskan. Psikolog/konselor akan membantu menemukan pokok persoalan yang mendasari ketakutan, kecemasan anak, sekaligus menemukan elemen lain yang tidak terpikirkan oleh keluarga – namun justru timbul dari dalam keluarga sendiri (misalnya takut dapat nilai jelek karena takut dimarahi oleh papanya). Untuk itulah konselor/psikolog umumnya menghendaki keterlibatan secara aktif dari pihak orangtua dalam menangani masalah yang dihadapi anaknya. Jadi, orangtua pun harus belajar mengenali siapa dirinya dan menilai bagaimana perannya sebagai orangtua melalui masalah-masalah yang timbul dalam diri anak.
Jadi, persoalan mogok sekolah seyogyanya bukanlah masalah yang serius (kecuali ada masalah kesehatan serius). Namun jika dibiarkan berlarut-larut dapat benar-benar menjadi masalah serius. Semoga berguna

Minggu, 15 Juli 2012

PERILAKU YANG TIDAK EFEKTIF DAN YANG EFEKTIF



Apatis, tumpul/tidak kreatif, menampakan sikap bosen
Tanggap, menampakan antusiasme

Menampakkan sikap tidak tertarik/tidak bersemangat di hadapan murid dan aktivitas kelas
Menumbuhkan ketertarikan pada murid dan aktivitas kelas

Tegang, pesimis dan menampakan sikap tidak bahagia / murung
Bersikap gembira dan optimis

Kehilangan control dan mudah marah
Kontrol diri yang baik, dan tidak mudah marah

Terlalu serius dan tidak santai dalam menghadapi humor
Suka bercanda dan memiliki rasa humor

Tidak tanggap/ sadar pada kesalahan dan kelalaian sendiri
Mengenali dan mengakui kesalahan sendiri

Tidak adil dan berpihak dalam menyelesaikan masalah diantara murid
Adil, tidak memihak, dan bersikap objektif dalam memperlakukan murid

Tidak sabar
Sabar

Mudah tersinggung pada murid, menggunakan kata-kata kasar, serta tidak menampakan kepekaan/sikap simpati pada murid
Menunjukkan sikap yang bijak dan simpati dalam berinteraksi dengan murid

Menjaga jarak dalam berhubungan dengan murid
Ramah/bersahabat dan santun dalam berhubungan dengan murid

Nampak tidak peduli dengan kebutuhan dan masalah pribadi murid
Membantu murid dengan sentuhan personal sebaik kita menangani persoalan-persoalan pendidikan

Tidak memberi tanggapan pada murid dan tidak mau dikritik
Memberi komentar dan penghargaan pada murid yang melaksanakan tugas dengan baik

Mencurigai sikap-sikap/ motivasi-motivasi murid
Menerima upaya/usaha murid dengan sikap tulus

Tidak antisipasif terhadap reaksi orang lain dalam hubungan social
Mengantisipasi reaksi-reaksi dari luar dalam situasi-situasi social/umum

Tidak ada upaya untuk mendorong murid dalam melakukan yang terbaik
Mendorong / menyemangati murid-murid untuk selalu mencoba berbuat yang terbaik

Prosedur tidak terencana dan tidak terorganisir
Mengikuti prosedur di kelas dengan terencana dan termenej dengan baik

Prosedur tidak terencana dan tidak terorganisir
Mengikuti prosedur di kelas dengan terencana dan termenej dengan baik

Menunjukkan sikap yang sangat kaku dalam melaksanakan atuaran, ketidakmampuan dalam mejalankan rencana
Namun juga memiliki elastisitas dalam menjalankan keseluruhan rencana dan prosedur yang sudah direncanakan

Gagal memahami teknik mengajar dengan materi yang tidak menarik
Tanggap dan antisipatif pada kebutuhan-kebutuhan perorangan (kebutuhan khusus)

Menggunakan teknik mengajar dengan materi yang tidak menarik
Menstimulasi murid melalui materi-materi dan teknik-teknik yang menarik dan orisinal

Demonstrasi dan penjelasan yang tidak jelas dan tidak terarah
Memberi pengarahan dengan jelas, contoh dengan praktis dan memberi keterangan dengan jelas

Arahan tidak selesai dan membingungkan
Jelas dan seksama / teliti dalam memberikan pengarahan

Gagal memberikan murid kesempatan menyelesaikan dan mengevaluasi masalah mereka sendiri
Mendorong murid-murid untuk bekerja fokus hanya pada persoalan mereka, dan mengevaluasi yang telah mereka capai setelah itu

Lalai, gugup, mengabaikan dan curiga
Disiplin, tenang, bersikap menghadapi, dan bersikap positif

Tak dapat memberikan pertolongan dan memberikan rasa dendam/sakit hati
Memberi pertolongan dengan tangan terbuka

Tidak mampu memberikan prediksi atau antisipasi pada hal-hal yang menimbulkan kesul;itan
Memprediksi dan mencoba mencari jalan bagi hal-hal potensial yang menimbulkan kesulitan

PAKTA INTREGITAS

LOGO PERINGATAN HUT RI KE 67 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012

Jumat, 15 Juni 2012

masak-masak ayam


1 ekor ayam buras, potong jadi 4 bagian
500 ml air
minyak untuk menggoreng
HALUSKAN:
6 bh bawang merah
4 siung bawang putih
6 btr kemiri
1/2 sdm ketumbar
1 sdt garam
Bahan kremes:
350 ml air rebusan ayam berbumbu
3 sdm tepung beras

Lumuri ayam dengan bumbu halus, remas-remas hingga rata, diamkan selama 30 menit hingga bumbu meresap.
Rebus ayam bersama air, masak sampai ayam matang. Angkat, tiriskan, dan sisihkan kaldu ayam.
Panaskan minyak, goreng ayam hingga matang dan kering, angkat, tiriskan.
4. Campur semua bahan kremes dan kaldu ayam aduk rata.
Goreng adonan tepung sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk. Goreng hingga kering kecokelatan. Angkat, tiriskan.

Untuk 4 Porsi

30 btr telur puyuh rebus, kupas, goreng sebentar
2 sdm minyak goreng
Haluskan:
2 siung bawang putih
5 buah bawang merah
6 bh cabai merah
50 gr gula merah
1 cm jahe
1/2 sdt garam
  • Panaskan minyak, tumis bumbu yang dihaluskan sampai harum. Masukkan telur puyuh rebus, aduk rata.
  • Masak sampai bumbu meresap ke dalam telur.
6-7 buah cabe merah besar, buang biji (terserah sesuai selera pedasnya)
1 buah tomat besar
1 ruas jari terasi
10 siung bawang merah ( aku pake 1 buah spanish onion)
2 lembar daun salam
1 ruas lengkuas, memarkan
1 sdm asam jawa, seduh 5 sdm air panas, sisihkan
garam

1         ekor ayam, potong-potong
2         150 gram lengkuas parut
3         3 lembar daun salam
4         2 batang sereh ambil putihnya, keprak
5         1 sendok makan asam jawa, ambil airnya kira-kira 3 sendok makan
6         500 ml air
7         minyak untuk menggoreng secukupnya
Bumbu yang dihaluskan :
  • 8 siung bawang merah
  • 4 siung bawang putih
  • 5 butir kemiri, sangrai
  • 3 cm kunyit
  • 2 cm jahe
  • 1/2 sdm ketumbar
  • 2 1/2 sdt garam
  • 1 sdt gula merah disisir
Cara membuat :
  1. Ayam, bumbu halus, lengkuas, daun salam, serai, dan air asam jawa, aduk rata lalu tuangi air.  Masak sampai kuah mengering dan bumbu meresap
  2. Goreng ayam dalam minyak sampai kuning kecoklat-coklatan
  3. Goreng sisa bumbu rebusan juga sampai kuning kecoklat-coklatan
  4. Sajikan ayam berikut taburan bumbunya, dimakan hangat-hangat dengan nasi putih

Senin, 09 April 2012

KRITERIA KELULUSAN UN SD 2012

KEPUTUSAN
KEPALA SDN KRAMAT 3 KECAMATAN NGANJUK
Nomor : 422 /    / 411.201.01.006 / 2012

Tentang
KRITERIA  KELULUSAN PESERTA DIDIK SEKOLAH / NASIONAL
PADA SDN KRAMAT 3  NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA SDN KRAMAT 3 NGANJUK


MENIMBANG
  1. Bahwa dalam MBS proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan sekolah dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua pihak yang terkait dengan kepentingan sekolah.
  2. Bahwa salah satu fungsi penilaian adalah sebagai pertanggung jawaban lembaga pendidikan kepada masyarakat dan pemerintah
  3. Bahwa untuk memperoleh ijazah peserta didik diwajibkan menempuh ujian nasional dan ujian sekolah
  4. Bahwa ijazah adalah dokumen resmi yang diterbitkan satuan pendidikan yang menyatakan bahwa peserta didik telah lulus pada satuan pendidikan, lulus ujian nasional dan lulus ujian sekolah
  5. Bahwa sehubungan dengan butir (1), (2), (3), dan (4) untuk menentukan kelulusan peserta didik kelas VI dan guna memperoleh ijazah perlu ditetapkan Kriteria Kelulusan Peserta Didik Kelas VI SDN Kramat 3 Nganjuk Tahun Pelajaran 2011 / 2012
MENGINGAT
  1. Undang – Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
  2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
  3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Repubilk Indonesia Nomor : 23  tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
  4. Permendiknas RI Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan
  5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor : 59 Tahun 2011 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik Dari Satuan Pendidikan Dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah Dan Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2011 / 2012
  6. Peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor: 0012 / P / BSNP / XII / 2011 Tentang Prosedur Operasi Standar Ujian Nasional Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, Dan Sekolah Dasar Luar Biasa Tahun Pelajaran 2011 / 2012.     
MEMPERHATIKAN
  1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Ujian Sekolah/Madrasah Dan Ujian Nasional Pada Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah  Dan Sekolah Dasar Luar Biasa Tahun Pelajaran 2011 / 2012
  2. Prosedur Operasi Standar (POS) Ujian Nasional Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, Dan Sekolah Dasar Luar Biasa Tahun Pelajaran 2011 / 2012
  3. Kurikulum SDN Kramat 3 Nganjuk
  4. Hasil rapat dinas Guru SDN Kramat 3 Nganjuk tanggal 29 Maret 2012 tentang penentuan Kriteria Kelulusan peserta didik kelas VI SDN Kramat 3 Nganjuk Tahun Pelajaran 2011 / 2012
MEMUTUSKAN 
 
MENETAPKAN

Kriteria Kelulusan Peserta Didik Kelas VI SDN Kramat 3 Nganjuk Tahun Pelajaran 2011/2012
 
PERTAMA :
 
Kriteria Kelulusan Peserta Didik Kelas VI SDN Kramat 3 Nganjuk Tahun Pelajaran 2011 / 2012, dijadikan acuan dalam penyelenggaraan kelulusan Peserta Didik Kelas VI SDN Kramat 3 Nganjuk Tahun Pelajaran 2011 / 2012, sebagaimana tercantum pada lampiran I keputusan ini

KEDUA :
Segala biaya yang timbul akibat diterapkan keputusan ini dibebankan pada anggaran  yang sesuai

KETIGA
Hal - hal  yang   belum  diatur dalam keputusan ini akan diatur kemudian dan apabila hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan dibetulkan  sebagaimanamestinya

KEEMPAT
Keputusan ini berlaku untuk tahun Pelajaran 2011/2012, sejak tanggal ditetapkan.

Dikeluarkan di        :   NGANJUK
Pada tanggal         :   2 April 2012
Kepala Sekolah




SARMIYATI, S.Pd.SD.
NIP. 19580206 197702 2 001

 
Tembusan :
1.    Ka UPTD Pendidikan TK, SD, dan SLB Kecamatan. Nganjuk
2.    Pengawas Sekolah
3.    Arsip
 









Lampiran     :   Surat Keputusan SDN Kramat 3 Nganjuk
Nomor        :   422 /     / 411.201.01.006 / 2012
Tanggal       :   2 April 2012
 
KRITERIA KELULUSAN PESERTA DIDIK KELAS VI
SDN KRAMAT 3 NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Peserta didik kelas VI Tahun Pelajaran 2011/2012 dinyatakan lulus dari SDN Kramat 3 Nganjuk berdasarkan rapat Dewan Guru apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

A.    Aspek Akademis   
1.    Telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran, dengan bukti memiliki LHBS lengkap dari  Kelas I (satu)  sampai dengan kelas VI (enam) (semester 1 s.d 12)

2.    Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraaan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran Pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan, dengan berpedoman pada rentang nilai sebagai berikut :

91 – 100    Sangat baik
75 – 90    Baik
60 – 74    Cukup
40 – 59    kurang
     < 40    kurang sekali

Diperoleh  dari   gabungan  nilai  ujian  sekolah  dan  nilai  rata-rata  rapor  semester  7  s.d  11  dengan pembobotan 60 % nilai ujian sekolah dan 40 % nilai rata-rata rapor

NS  =  0,6  x  nilai US  + 0,4  x  nilai rata-rata rapor semester 7 s.d 11

3.    Lulus ujian sekolah baik tulis maupun praktik untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dengan nilai serendah-rendahnya 6,00 (enam koma nol nol) yang diperoleh dari gabungan nilai ujian sekolah dan nilai rata-rata rapor semester 7 s.d 11 dengan pembobotan 60 % nilai ujian sekolah dan 40 % nilai rata-rata rapor, sebagai berikut :

NS  =  0,6  x  nilai US  + 0,4  x  nilai rata-rata rapor semester 7 s.d 11

4.    Lulus Ujian Nasional (UN) apabila Nilai Akhir (NA) mencapai paling rendah dengan rata-rata 3,00 (tiga koma nol nol), yang diperoleh dari gabungan nilai ujian nasional dan nilai sekolah dari mata pelajaran  yang  diujinasionalkan  dengan  pembobotan  60  %  nilai  ujian  nasional  dan  40  %  nilai sekolah.

NA  =  0,6  x  nilai UN  + 0,4  x  NS

Pembulatan Nilai Akhir (NA) dinyatakan dalam bentuk 2 desimal, apabila desimal ketiga  ≥ 5 dibulatkan ke atas.

Skala yang digunakan pada NS , Nilai Rapor, dan Nilai Akhir (NA) adalah 0 s.d. 10
B.    Aspek Non Akademis   
1.    Nilai perilaku dan kegiatan pembelajaran pembiasan (disiplin melaksanakan upacara bendera) pada semester II kelas VI minimal Baik
2.    Ketidakhadiran peserta didik pada semester I dan II kelas VI karena alpha maksimal 20% dari hari efektif.

 
 
Nganjuk, 2 April 2012
Kepala SDN Kramat III Kec. Nganjuk




SARMIYATI, S.Pd.SD.
NIP. 19580206 197702 2 001